Senin, 07 September 2015

REDEFINISI POLITIK : MENGHILANGKAN STIGMA NEGATIF POLITIK

                                             


Politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk menentukan  kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. (Ramlan Subakti)

Indonesia secara konsitusi memang merdeka. Namun jika mengukur kemerdekaan negeri ini dari kacamata kenyataan, ibarat panggang jauh dari api. Semangat kemerdekaan yang dulu diagungkan, justru semakin tergerus oleh aktor transisi yang menyulap dirinya menjadi drakula kekuasaan. Ibarat film yang digagas puluhan tahun, kelahirannya karena proses kemelaratan dan pembelajaran yang cukup panjang. Namun ketika episode transisi, justru para aktornya kehilangan arah karena melihat ladang emas yang berlimpah. Lalu, lupa pada semangat awal perjuangan. Ah, sudahlah saya kira tidak semua aktor seperti itu.

Sebenarnya jika kita mau mendiagnosa penyakit negeri ini, ada fenomena yang cukup menarik. Para pemangku kekuasaan, terkesan mendefinisikan ulang istilah politik sesuai kehendaknya sendiri.  Sama halnya, proses perumusan sejarah diberbagai negeri terlalu banyak yang dibuat berdasarkan kehendak dan semangat kepentingan segelintir orang. Jarang sekali ditemukan, kerangka berfikir yang mencoba mengkontruksi sejarah negeri atas asas semangat kejujuran dan visi besar kesejahteran kolektif.

Lalu kembali pada permasalahan kontra-definisi istilah-istilah kenegaraan tadi. Jika definisi apapun tentang negeri ini diformulasikan ulang sesuai kehendak drakula kekuasaan. Maka dalam proses kerangka berfikir merumuskan cita-cita negeri dan rel-rel regulasinya menjadi absurd atau bisa jadi anti-mainstream dengan kehendak hidup rakyat banyak.
Sistem politik yang seharusnya menjadi alat paksa untuk menelurkan berbagai kebijakan baik, justru dijadikan sebagai washilah mencapai kehendak pribadi atau golongan. Celakanya, paradigma berfikir rakyat secara kolektif akan menganggap politik sebagai washilah kotor. Sekalipun yang membelokkan dari makna awal politik adalah oknum atau drakula-drakula kekuasaan.

Politik dalam Kerangka Islam
Kata politik pada mulanya terambil dari bahasa Yunani atau bahasa latinpoliticos atau ploiticus yang berarti relating to citizen. Diartikan juga sebagai hubungan sosial yang melibatkan otoritas atau kekuasaan dan mengacu pada peraturan urusan publik dalam suatu unit politik dengan metode dan taktik yang digunakan untuk merumuskan dan menerapkan kebijakan (Wikipedia.org, 11/01/11). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, politik diartikan sebagai (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (spt tt sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). Politik diartikan juga sebagai segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain (KBBI online, 11/01/11). Dari pengertian di atas maka istilah politik dilihat secara bahasa menekankan kepada kekuasaan, peraturan urusan publik, penerapan kebijakan, bentuk dan sistem pemerintahan.

Sedikit berbeda, politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilahsiyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya dalam Al Muhith, siyasahberakar kata sâsa - yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbarahu (mengurusi/mengatur perkara). Kata sasa-yasusu-siyasatanyang berarti memegang kepemimpinan masyarakat, menuntun  atau melatih hewan dan mengatur dan memelihara urusan. (Kang Jayy : Kompasiana)

Ada perbedaan yang cukup mencolok makna politik dalam kerangka bahasa Inggris dan bahasa Arab. Dalam bahasa inggris politik lebih menekankan pada kekuasaan, sedangkan dalam bahasa Arab politik menekankan pada aspek kepemimpinan dan tuntunan. Tentunya ini berdampak pada proses perjalanan sebuah negara, ketika ia mencoba mengambil salah satu dari kedua definisi tersebut. Dalam konsep kenegaraan Islam, tidak dikenal istilah pemisahan antara politik dan agama. Agama merupakan landasan dan dasar fundamental, sedangkan politik adalah alat untuk mencapai kehendak agama.
Maka meraba kondisi Indonesia saat ini, yang mayoritas penduduknya muslim, penguasanya muslim. Sudah saatnya, redefinisi politik sesuai kehendak pribadi dan golongan mulai ditinggalkan. Karena Islam dengan sangat jelas, mengatur politik sebagai washilah untuk memaksa rakyat melakukan kebaikan. Islam menjelaskan kerikatan antara agama dan politik agar kebijakan apapun yang dikeluarkan bernilai karakteristik Ketuhanan. Yang mampu mensejahterakan berbagai dimensi tanpa pandang bulu.
Penulis : 
Kang Hendro Assundawi

Ketum KAMMDA Palembang

Mahasiswa Pascasarjana HTN UIN Raden Fatah

Sajak : Merindukan “Kematian”


Cipt. Kang Hendro Assundawi

Jika kau tanya aku..
Engkau kemana?
Aku mencari “kematian”

Masyitah mati direbus, tapi bahagia..
Yasir mati dengan tubuh terbelah, tapi bahagia..
Habib mati dengan tubuh tercincang, tapi bahagia
Hamzah mati dengan jantung terburai, tapi bahagia...
Mus’ab mati dengan tangan terputus, tapi bahagia..

jika kau mencari kematian...
Padahal masih menjadi budak berhala baru..
Padahal masih mengemis menjadi tikus busuk..
Padahal hatimu adalah batu kezholiman..
Engkau mau kemana?

Mari memilih...
Memilih Menjadi masyitah muda..
Memilih Menjadi yasir muda...
Memilih menjadi Habib muda...
Memilih Menjadi Hamzah Muda...
Memilih Menjadi Mus’ab Muda...

Bukan cara mereka mati..bukan..
Tapi akhir bahagia perjumpaan dengan Tuhan...
Karena iman yang mendada...
Karena hubbuh yang melembaga...
Karena syurga yang didahaga...




ADA APA DENGAN TULISAN, DESAIN GRAFIS, DAN VIDEO GRAFIS


Kesan dan Pesan Mengikuti Training Jurnalistik Propetik “Pena Perertaas Peradaban Islam”

Kesan:
Dua hari mengikuti Training Jurnalistik Propetik dengan Tema “Pena Peretas Peradaban Islam” yang digelar oleh Kammda (Kammi Daerah) sangat mengesankan..
Begitu banyak ilmu yang saya dapatkan disini..
Training/pelatihan ini memberikan ghiroh untuk melejitkan potensi menulis dan betapa pentingnya menulis itu untuk kader dakwah terkhusus Kammi(Kesatuan Aksi Mahasiswa). Tak hanya royalti yang didapatkan di dunia, namun melalui tulisan dapat menjadikan salah satu investasi kelak kala nafas telah terhenti. Meninggal maksudnya J
Tak hanya berhenti sampai pada tulisan, training ini pula memberikan ilmu mengenai desain grafis, dan video grafis. Meski waktu yang diberikan bagi saya belum cukup untuk   memahami materi ini. Tapi setidaknya, saya telah mengenali sedikit gambaran mengenai dunia  desain dan video grafis.
Satu kata yang tergambar dalam pikiran dan benak saya kala melihat pembicara menjelaskan materi mengenai ini....  KEREN !.
Ya... keren. Karena, mereka memiliki kemampuan yang tidak saya miliki. Eh... bukan tidak, lebih tepatnya belum. InsyaAllah saya akan belajar agar bisa mengubah kata belum itu menjadi bisa. Aamiin...
Desain dan video grafis ini juga tak kalah penting seperti halnya menulis.
Bayangkan dalam sebuah acara/seminar penyelenggara mengganti spanduk/pamflet yang ditujukan untuk pemberitahuan akan adanya acara tsb, menggantinya  dengan tulisan manual menggunakan spidol, ditulis diatas kertas karton. ( Hmm.. ini ga bisa desain atau ga ada finansial buat spanduk yaaa) Haduuh... jangankan tertarik mau ikut. Di lirik saja mungkin tidak. Bisa-bisa lansung disobek, karena dirasa mengganggu pemandangan. Hehe... intermezo. J
Bayangkan juga dalam sebuah seminar jika tidak ada selingan video grafis baik itu video yang berhubungan seputar profil yang mengadakan seminar, video keislaman atau video motivasi misalnya. Hmm... dijamin peserta seminarnya akan konsisten. Konsisten ngantuknya.  Intermezo lagi :D
Cerdas. Ilmu training jurnalistik ini tak hanya berbekas dalam dua hari pelaksanaan. Tapi  pasca training ini ada wajibat/penugasan yang mesti peserta termasuk saya akan jalankan terkait materi yang telah diberikan.
.Jazakumullah khoiran katsiron KAMMDA Palembang.
Pesan:
Surah yang pertama kali di turunkan Allah kepada Rasulullah SAW dalam Al-Qur’an adalah “Iqro” (Bacalah!).
Pasti ada yang bertanya.. “Ini kan lagi bahas tulisan, ko malah nyambung ke bacaan syih?”
Begini sahabat loh, Terfikirkan tidak oleh kita, Allah memang memerintahkan kita untuk membaca, tapi bagaimana mungkin kita dapat membaca atau apa yang mesti kita baca. Jika tidak ada TULISAN. Al-Qur’an dan As-sunnah yang menjadi pedoman ummat Muslim pun tertuang dalam sebuah tulisan.
Percaya atau tidak Surgalah yang akan menjadi tambatan kita, ketika sedari dini kita memulai berkaya! Salah satunya melalui tulisan, desain dan video grafis.
Jadikan ketiga kegiatan ini sebagai sebuah karya yang bernilai ibadah di mata Allah.
Bisa jadi, ada orang yang mendapat hidayah dari tulisan desainan atau editing video kita.
Kita berkarya dan karya itu dilihat oleh lintas generasi , maka sekalipun kita telah tiada , selama tulisan, desain dan video itu dibaca dan dilihat oleh orang maka pahalanya akan tetap mengalir. MasyaAllah.
Sahabat Ayoo.. menulis, mendesain, dan editing video mulai dari sekarang! Mana karya yang akan engkau torehkan untuk keluarga, Indonesia, dan dunia ?
Susah  karena tidak mau mencoba!!!
Allahuakbar...
                                                                                               
Penulis :
Bunga Azizah Nurzakiah
Staf Kestari KAMMI UIN Raden Fatah
Alumni Angk-1 SCGD Jurnalistik KAMMDA Palembang