Bismillaahirrohmanirrohiim..
Tradisi membaca dan
menulis di kalangan aktivis dakwah sepertinya memang harus menjadi salah satu
fokus bagi lembaga pengkaderan. Karena keduanya adalah dua sisi mata uang yanng
tidak bisa dipisahkan. Membaca merupakan salah satu cara untuk menambah wawsan
keilmuan setiap individu. Sementara menulis adalah salah satu bukti bahwa apa
yang sudah dibaca dapat dimengerti dan dapat disampaikan kepada orang lain.
Akhirnya kegiatan transfer ilmu yang menjadi salah satu cita-cita kita dapat
tertunaikan.
Pengurus Daerah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (PD KAMMI) Palembanng adalah salah satu lembaga pengkaderan yang
sedang memerhatikan fokus kepada tradisi ini. Hal ini ditunjukkan dengan
dilaksanakannya agenda Training Jurnalistik Profetik bertema Pena Peretas
Peradaban.
Training jurnalistik
profetik yang telah diselenggarakan di aula Dinas Koperasi dan Usaha Menengah
oleh departemen ekonomi dan sosial kemasyarakatan KAMMI Daerah Palembang pada
hari Sabtu-Ahad, (5-6/09) kemarin sepertinya telah memaksaku untuk kembali
menghadirkan semangat kejurnalistikan yang pernah menggelora di dalam diri ini. Mungkin hal ini juga dirasakan kan oleh
kurang lebih dua puluh empat orang peserta training lainnya.
Awalnya ada keraguan
untuk mengikuti agenda ini, karena jadwal yanng padat merayap. Dengan semangat
yang berkadar biasa kudatangi juga lokasi itu. Pada pukul 09.00 acara dimulai.
Dibuka dengan acara pembukaan lalu ice breaking. Dan aku masih biasa, belum ada
yang istimewa.
Akhirnya, pemateri
pertama datang juga dengan judul kejurnalistikan. Materi yang biasa menurutku,
dan masih kupertanyakan bagaimana kemasan yang akan ditujukkan sehingga ini
menjadi sesuatu yang luar biasa. Perlahan tapi pasti, materi tersampaikan. Dan
ketemukan solusi kejumudan itu. Dialog interaktif. Pemateri mampu mencairkan
suasana dengan bahasa yang sederhana, serasa teman biasa, tanpa ada pemisah. Sehingga
semua keinginan peserta tersampaikan. Aku banyak belajar dari beliau secara
personality-nya terlepas dari kompetensi jurnalistiknya. Mulai menarik.
Dilanjutkan ke materi
kedua, Teknik Dasar Kepenulisan. Sepertinya harapanku tidak tersampaikan di materi
ini. Inginku adalah dipaparkan tentang bahasa penulis ketika menyampaikan
sesuatu kepada khalayak ramai. Kenyataannya? Tidak. Tetapi sang pemateri telah
membuka cakrawala pemikiranku tentang kepenulisan di kalangan aktivis, KAMMI. Singkatnya
adalah beliau membangun karakter untuk menjadi penulis. Ini penting menurutku,
karena apa yang dilakukan harus memiliki orientasi yang jelas.
Aku masih bertahan di
materi ketiga, Design Grafis. Materi dengan kemasan yang menarik. Sesuatu yang
berkesan saat itu adalah munculnya ide-ide untuk membuat segala sesuatunya
untuk didesign dan dikomersilkan. Aku tidak mengikuti langkah-langkah yang
diarahkan karena laptop mati.
Keesokan harinya Video
Grafis. Kusimak semua dengan seksama, tapi nihil. Tak paham juga. Pematerinya
juga kurang menarik. Terlalu cerdas menurutku. Kacau balau. Tidak bisa
mengimbangi kecepatan penyampaian materi. Kesal tapi bersemangat untuk
menaklukkan. Akhirnya setelah diotak-atik, berhasil membuat video dari beberapa
foto. Ada sesuatu yang istimewa kurasa, yakni lega.
Tidak ada penyesalan
yang kurangkum dari keikutsertaanku dalam agenda luar biasa ini. Apalagi panitia berbaik hati menyiapkan amunisi perut
saat siang hari. Ini jarang kulakukan J.
Terima kasih kepada
panitia yang sudah menjadi washilah untuk membangkitkan semangat menulis kami,
sehingga membuatku tak ingin berpisah dari pena dan kertas. Lebih dari itu, disini
kutemukan rekan-rekan yang hebat dan luar biasa. Yang memiliki perhatian untuk
memperbaiki tradisi menulis dan membaca. Yanng memiliki keinginan untuk menjadi
insan designers dan videoers. Dimana menulis, design, dan video grafis adalah
sarana yang mestinya dapat kita jadikan sebagai amunisi-amunisi kerja dakwah
kita. Karena zaman terus berkembang tanpa toleransi atau penawaran.
Harapannya secara
pribadi, follow up yang sudah disepakati memanng benar-benar menjadi lingkungan
yang kondusif untuk menjadikan kita sebagai generasi peretas perubahan melalui
tinta pena peradaban.
Agenda seperti ini
hendaknya ditularkan kepada seluruh komisariat-komisariat yang ada dengan
peserta yang tidak dibatasi. Karena setiap aktivis dituntut untuk mempunyai
minimal minat bacadan menulis.
Kepada peserta training
yang kemarin telah menyampaikkan rencana-rencana luar biasa, teruslah berkarya,
bersemangat, dan berjuang dalam menuntaskan perubahan. Karena perjalanan masih
panjang. Aral dan rintang akan menghadang. Harta, alam, dan partner dakwah bisa
saja menjadi ujian. Bulatkan tekad,
teguhkan azzam, hancurkan kemalasan. Karena kita telah terpilih. Terpilih
menjadi bagian dari pengukir sejarah peradaban.
Penulis :
Siti Qori’ah Sdm:
Staf Kebijakan Publik Komisariat UIN Raden Fatah Palembang
Alumni Angk-1 SCGD Jurnalistik KAMMDA Palembang
0 komentar:
Posting Komentar