Senin, 07 September 2015

Jangan Pisahkan Aku dari Pena dan Kertas


Bismillaahirrohmanirrohiim..
Tradisi membaca dan menulis di kalangan aktivis dakwah sepertinya memang harus menjadi salah satu fokus bagi lembaga pengkaderan. Karena keduanya adalah dua sisi mata uang yanng tidak bisa dipisahkan. Membaca merupakan salah satu cara untuk menambah wawsan keilmuan setiap individu. Sementara menulis adalah salah satu bukti bahwa apa yang sudah dibaca dapat dimengerti dan dapat disampaikan kepada orang lain. Akhirnya kegiatan transfer ilmu yang menjadi salah satu cita-cita kita dapat tertunaikan.
 Pengurus Daerah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PD KAMMI) Palembanng adalah salah satu lembaga pengkaderan yang sedang memerhatikan fokus kepada tradisi ini. Hal ini ditunjukkan dengan dilaksanakannya agenda Training Jurnalistik Profetik bertema Pena Peretas Peradaban.
Training jurnalistik profetik yang telah diselenggarakan di aula Dinas Koperasi dan Usaha Menengah oleh departemen ekonomi dan sosial kemasyarakatan KAMMI Daerah Palembang pada hari Sabtu-Ahad, (5-6/09) kemarin sepertinya telah memaksaku untuk kembali menghadirkan semangat kejurnalistikan yang pernah menggelora di dalam diri  ini. Mungkin hal ini juga dirasakan kan oleh kurang lebih dua puluh empat orang peserta training lainnya.
Awalnya ada keraguan untuk mengikuti agenda ini, karena jadwal yanng padat merayap. Dengan semangat yang berkadar biasa kudatangi juga lokasi itu. Pada pukul 09.00 acara dimulai. Dibuka dengan acara pembukaan lalu ice breaking. Dan aku masih biasa, belum ada yang istimewa.
Akhirnya, pemateri pertama datang juga dengan judul kejurnalistikan. Materi yang biasa menurutku, dan masih kupertanyakan bagaimana kemasan yang akan ditujukkan sehingga ini menjadi sesuatu yang luar biasa. Perlahan tapi pasti, materi tersampaikan. Dan ketemukan solusi kejumudan itu. Dialog interaktif. Pemateri mampu mencairkan suasana dengan bahasa yang sederhana, serasa teman biasa, tanpa ada pemisah. Sehingga semua keinginan peserta tersampaikan. Aku banyak belajar dari beliau secara personality-nya terlepas dari kompetensi jurnalistiknya. Mulai menarik.
Dilanjutkan ke materi kedua, Teknik Dasar Kepenulisan. Sepertinya harapanku tidak tersampaikan di materi ini. Inginku adalah dipaparkan tentang bahasa penulis ketika menyampaikan sesuatu kepada khalayak ramai. Kenyataannya? Tidak. Tetapi sang pemateri telah membuka cakrawala pemikiranku tentang kepenulisan di kalangan aktivis, KAMMI. Singkatnya adalah beliau membangun karakter untuk menjadi penulis. Ini penting menurutku, karena apa yang dilakukan harus memiliki orientasi yang jelas.
Aku masih bertahan di materi ketiga, Design Grafis. Materi dengan kemasan yang menarik. Sesuatu yang berkesan saat itu adalah munculnya ide-ide untuk membuat segala sesuatunya untuk didesign dan dikomersilkan. Aku tidak mengikuti langkah-langkah yang diarahkan karena laptop mati.
Keesokan harinya Video Grafis. Kusimak semua dengan seksama, tapi nihil. Tak paham juga. Pematerinya juga kurang menarik. Terlalu cerdas menurutku. Kacau balau. Tidak bisa mengimbangi kecepatan penyampaian materi. Kesal tapi bersemangat untuk menaklukkan. Akhirnya setelah diotak-atik, berhasil membuat video dari beberapa foto. Ada sesuatu yang istimewa kurasa, yakni lega.
Tidak ada penyesalan yang kurangkum dari keikutsertaanku dalam agenda luar biasa ini. Apalagi  panitia berbaik hati menyiapkan amunisi perut saat siang hari. Ini jarang kulakukan J.
Terima kasih kepada panitia yang sudah menjadi washilah untuk membangkitkan semangat menulis kami, sehingga membuatku tak ingin berpisah dari pena dan kertas. Lebih dari itu, disini kutemukan rekan-rekan yang hebat dan luar biasa. Yang memiliki perhatian untuk memperbaiki tradisi menulis dan membaca. Yanng memiliki keinginan untuk menjadi insan designers dan videoers. Dimana menulis, design, dan video grafis adalah sarana yang mestinya dapat kita jadikan sebagai amunisi-amunisi kerja dakwah kita. Karena zaman terus berkembang tanpa toleransi atau penawaran.
Harapannya secara pribadi, follow up yang sudah disepakati memanng benar-benar menjadi lingkungan yang kondusif untuk menjadikan kita sebagai generasi peretas perubahan melalui tinta pena peradaban.
Agenda seperti ini hendaknya ditularkan kepada seluruh komisariat-komisariat yang ada dengan peserta yang tidak dibatasi. Karena setiap aktivis dituntut untuk mempunyai minimal minat bacadan menulis.
Kepada peserta training yang kemarin telah menyampaikkan rencana-rencana luar biasa, teruslah berkarya, bersemangat, dan berjuang dalam menuntaskan perubahan. Karena perjalanan masih panjang. Aral dan rintang akan menghadang. Harta, alam, dan partner dakwah bisa saja menjadi ujian.  Bulatkan tekad, teguhkan azzam, hancurkan kemalasan. Karena kita telah terpilih. Terpilih menjadi bagian dari pengukir sejarah peradaban.

Penulis :
Siti Qori’ah Sdm: 
Staf Kebijakan Publik Komisariat UIN Raden Fatah Palembang
Alumni Angk-1 SCGD Jurnalistik KAMMDA Palembang

0 komentar:

Posting Komentar