Kalimat sederhana yang mungkin pertama
kali penulis ingin sampaikan, kader KAMMI harus “Mawas Diri”. Menyadari
realitas zaman yang terus berlomba dengan waktu, berkejaran dengan teknologi
dan kemapanan sisi duniawi. Kader KAMMI juga harus mencoba meraba antara
komitmen menjadi bagian dari gerakan dakwah KAMMI dengan kenyataan kapasitas
dirinya sebagai seorang motor penggerak. Adakah korelasi yang jelas?
Secara sosial, sadar ataupun tidak pergerakan zaman berdampak pada
perubahan sistem hidup umat manusia. Menyeret sekumpulan orang yang memiliki
ikatan emosional sama, menjadi individualistis yang apatis. Sejarah Indonesia
cukup jelas merekam naluri masyarakat Indonesia yang memiliki karakteristik
ketimuran, yang berjiwa sosial tinggi, gotong royong dan setia kawan. Namun pada
kenyataannya saat ini tradisi-tradisi masyarakat timur mulai ditinggalkan. Kita
lebih sibuk memainkan komunitas dalam dunia cyber, dibandingkan menyapa
orang-orang yang berada dihadapan. Lebih sibuk like and comment di medsos, dari pada bercengkrama dialam nyata.
Dari sisi keagamaan, ternyata problematika penistaan agama di Indonesia
bukan lahir dari orang-orang awwam tapi justru dari golongan manusia yang
memiliki kapasitas keilmuan diatas rata-rata. Bahkan seolah mereka mampu
melakukan “cuci otak” masyarakat, dengan mencaplok dalil-dalil kitab suci
secara massif. Kenyataan ini makin menyadarkan kita, bahwa perjuangan dakwah
bukan sekedar mensejahterakan si miskin dari jurang kemelaratan hati dan harta,
tapi bagaimana juga melakukan “penyadaran” kaum-kaum intelektual yang justru
jauh lebih berbahaya dalam melakukan agresi “pendangkalan aqidah”.
Demikian juga tantangan teknologi seperti yang di bicarakan oleh Marshall
MCluhan, dalam bukunya yang berjudul, understanding
Media, The extensions of Man, yang
di terbitkan empat dekade yang lalu, ia meramalkan bahwa pralihan dari era
teknologi mekanik ke era teknologi listrik di Barat akan membawa peralihan pula
pada fungsi teknologi sebagai perpanjangan manusia menuju perpanjagan tahap
akhir, dan dari perpanjangan ruang manusia, menuju perpanjangan syaraf manusia,
bila di era mekanik, misalnya sebuah mesin ketik dapat memperpanjang tangan
manusia, dalam era teknologi komputer dapat memperpanjang system syaraf manusia.
(aziz triana)
Lalu apakah
kader KAMMI siap menjawab persoalan ini?
KAMMI dan dakwah ibarat mata uang yang tidak dapat pisahkan. Karena secara
empiris kelahiran KAMMI merupakan efek spontan dari kerusakan zaman dan
cita-cita perbaikan ummat manusia. Demikian juga secara filosofis, visi besar
dari gerakan ini adalah memiliki basis kader yang mampu melakukan transformasi
perbaikan menuju bangsa dan negara Indonesia yang Islami. Artinya, bagaimanapun
perkembangan zaman yang terus bergulir, nilai dasar dan target perjuangannya
adalah membumikan Islam tanpa terbatas ruang dan waktu.
Dan saat menyadari terjadinya proses transformasi sosial, kader KAMMI
harus menjawab tantangan ini. Karena saat teori-teori perubahan sosial
mengisyaratkan terjadinya kemajuan, harus diimbangi oleh idea of progress. Dalam konteks
realita dakwah KAMMI secara organisasi maupun secara personal kader saat dihadapkan
pada nilai-nilai kemajuan yang perlu direspon, diberi nilai, diarahkan, dan
dikembangkan ke arah yang lebih berkualitas. Visi, misi, aktifitas dakwah KAMMI
perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman.
Penulis berasumsi
dalam menjawab tantangan ini minimal kader KAMMI harus memiliki kapasitas
sebagai berikut.
1.
Kapasitas ideologi
Pemahaman yang
komprehensif terhadap cita-cita lahir maupun visi besar dakwah KAMMI, akan
menyadarkan kita pada persoalan yang mendasar dari sebuah bangunan dakwah. Secara
hakiki, ketika landasan dasar dan visi dakwahnya ditinggalkan maka ruh dari
bangunan ini roboh dengan sendirinya.
Membaca poin
pertama paradigma gerakan KAMMI sebagai dakwah Tauhid, sangat erat kaitannya
dengan keimanan yang mengakar. Keimanan adalah basis pertama dari nilai
ketuhanan, ukuran keberhasilan dari agenda-agenda dakwah KAMMI bukan hanya
terletak dari nilai kuantitas keduniaan tapi nilai-nilai kualitas ukhrawi.
Tawaran-tarawan
apapun yang menggiurkan tidak akan berpengaruh, karena dihati para kader telah
terhujam keimanan yang kokoh.
2.
Kapasitas Keilmuan
Sejalan dengan
pembahasan mengenai pendangkalan aqidah dan akselerasi teknologi. Kapasitas keilmuan
menjadi persoalan yang sangat urgen dimiliki oleh seluruh kader KAMMI dalam menjawab
berbagai problem yang mendera. Sudah seharusnya dengan latar belakang
pendidikan yang dimiliki, kapasitas keilmuan menjadi amunisi dakwah yang paling
tajam.
Karena makna
negarawan dalam kalimat muslim negarawan, bukan terbatas pada definisi aktor
politis di ruang parlemen saja. Melainkan, menjadi aktor perbaikan diberbagai
bidang yang mampu mengkawinkan antara iman dan ilmu. Dengan demikian, ummat
akan mudah diajak untuk menjadi bagian dari proyek dakwah sesuai bidang minat yang dimiliki.
Disamping itu,
ketika kader KAMMI memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni. Perang intelektual
akan menjadi arena pertempuran yang seimbang. Bahkan bisa dengan mudah
dimenangkan karena mampu mensinergikan antara kekuatan akal dan iman.
Dalam perjalanannya
sudah lahir beberapa intelektual yang lahir dari Rahim KAMMI, sebut saja Prof.
Eng. Khoirul Anwar (Ketua KAMMI Jepang) sebagai penemu 4G. Beliau mengatakan
bahwa KAMMI bukan hanya kumpulan manusia, melainkan kumpulan ilmu dan amal
menuju ridho Ilahi.
Semangat inilah
yang harus ada dalam diri kader KAMMI, menyatukan kekuatan iman, intelektual
dan amal menuju ridho Ilahi.
3.
Kapasitas Seni Menyeru
Salah satu
karakter Rasulullah adalah tabligh. Artinya
seni dalam menyampaikan pesan-pesan Ilahi, agar dengan mudah di terima oleh
hati setiap manusia. Makna tabglih bukan
terbatas pada cara lisan dalam menyampaikan, karena saat zaman berputar dengan
cepat.
Maka dakwah KAMMI
baiknya membumi dan menjadi atmosfer bagi kehidupan masyarakat. Merembes ke
ranah pembangunan, budaya, serta mampu memahami dan mengikuti pola pikir
masyarakat. Meskipun pesan dakwah ini sudah paten yakni wahyu Allah
(Al-Qur’an), namun metode penyampaian dan kemasannya membutuhkan inovasi,
kreasi, dan terorganisir sehingga dapat mengikuti perkembangan umat.
Penulis :
Kang Hendro
Assudawi
Ketum KAMMI
Daerah Palembang
Mahasiswa
Pasca Sarjana Hukum Tata Negara UIN Raden Fatah Palembang
0 komentar:
Posting Komentar