Senin, 07 September 2015

REDEFINISI POLITIK : MENGHILANGKAN STIGMA NEGATIF POLITIK

                                             


Politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk menentukan  kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. (Ramlan Subakti)

Indonesia secara konsitusi memang merdeka. Namun jika mengukur kemerdekaan negeri ini dari kacamata kenyataan, ibarat panggang jauh dari api. Semangat kemerdekaan yang dulu diagungkan, justru semakin tergerus oleh aktor transisi yang menyulap dirinya menjadi drakula kekuasaan. Ibarat film yang digagas puluhan tahun, kelahirannya karena proses kemelaratan dan pembelajaran yang cukup panjang. Namun ketika episode transisi, justru para aktornya kehilangan arah karena melihat ladang emas yang berlimpah. Lalu, lupa pada semangat awal perjuangan. Ah, sudahlah saya kira tidak semua aktor seperti itu.

Sebenarnya jika kita mau mendiagnosa penyakit negeri ini, ada fenomena yang cukup menarik. Para pemangku kekuasaan, terkesan mendefinisikan ulang istilah politik sesuai kehendaknya sendiri.  Sama halnya, proses perumusan sejarah diberbagai negeri terlalu banyak yang dibuat berdasarkan kehendak dan semangat kepentingan segelintir orang. Jarang sekali ditemukan, kerangka berfikir yang mencoba mengkontruksi sejarah negeri atas asas semangat kejujuran dan visi besar kesejahteran kolektif.

Lalu kembali pada permasalahan kontra-definisi istilah-istilah kenegaraan tadi. Jika definisi apapun tentang negeri ini diformulasikan ulang sesuai kehendak drakula kekuasaan. Maka dalam proses kerangka berfikir merumuskan cita-cita negeri dan rel-rel regulasinya menjadi absurd atau bisa jadi anti-mainstream dengan kehendak hidup rakyat banyak.
Sistem politik yang seharusnya menjadi alat paksa untuk menelurkan berbagai kebijakan baik, justru dijadikan sebagai washilah mencapai kehendak pribadi atau golongan. Celakanya, paradigma berfikir rakyat secara kolektif akan menganggap politik sebagai washilah kotor. Sekalipun yang membelokkan dari makna awal politik adalah oknum atau drakula-drakula kekuasaan.

Politik dalam Kerangka Islam
Kata politik pada mulanya terambil dari bahasa Yunani atau bahasa latinpoliticos atau ploiticus yang berarti relating to citizen. Diartikan juga sebagai hubungan sosial yang melibatkan otoritas atau kekuasaan dan mengacu pada peraturan urusan publik dalam suatu unit politik dengan metode dan taktik yang digunakan untuk merumuskan dan menerapkan kebijakan (Wikipedia.org, 11/01/11). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, politik diartikan sebagai (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (spt tt sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). Politik diartikan juga sebagai segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain (KBBI online, 11/01/11). Dari pengertian di atas maka istilah politik dilihat secara bahasa menekankan kepada kekuasaan, peraturan urusan publik, penerapan kebijakan, bentuk dan sistem pemerintahan.

Sedikit berbeda, politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilahsiyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya dalam Al Muhith, siyasahberakar kata sâsa - yasûsu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbarahu (mengurusi/mengatur perkara). Kata sasa-yasusu-siyasatanyang berarti memegang kepemimpinan masyarakat, menuntun  atau melatih hewan dan mengatur dan memelihara urusan. (Kang Jayy : Kompasiana)

Ada perbedaan yang cukup mencolok makna politik dalam kerangka bahasa Inggris dan bahasa Arab. Dalam bahasa inggris politik lebih menekankan pada kekuasaan, sedangkan dalam bahasa Arab politik menekankan pada aspek kepemimpinan dan tuntunan. Tentunya ini berdampak pada proses perjalanan sebuah negara, ketika ia mencoba mengambil salah satu dari kedua definisi tersebut. Dalam konsep kenegaraan Islam, tidak dikenal istilah pemisahan antara politik dan agama. Agama merupakan landasan dan dasar fundamental, sedangkan politik adalah alat untuk mencapai kehendak agama.
Maka meraba kondisi Indonesia saat ini, yang mayoritas penduduknya muslim, penguasanya muslim. Sudah saatnya, redefinisi politik sesuai kehendak pribadi dan golongan mulai ditinggalkan. Karena Islam dengan sangat jelas, mengatur politik sebagai washilah untuk memaksa rakyat melakukan kebaikan. Islam menjelaskan kerikatan antara agama dan politik agar kebijakan apapun yang dikeluarkan bernilai karakteristik Ketuhanan. Yang mampu mensejahterakan berbagai dimensi tanpa pandang bulu.
Penulis : 
Kang Hendro Assundawi

Ketum KAMMDA Palembang

Mahasiswa Pascasarjana HTN UIN Raden Fatah

Sajak : Merindukan “Kematian”


Cipt. Kang Hendro Assundawi

Jika kau tanya aku..
Engkau kemana?
Aku mencari “kematian”

Masyitah mati direbus, tapi bahagia..
Yasir mati dengan tubuh terbelah, tapi bahagia..
Habib mati dengan tubuh tercincang, tapi bahagia
Hamzah mati dengan jantung terburai, tapi bahagia...
Mus’ab mati dengan tangan terputus, tapi bahagia..

jika kau mencari kematian...
Padahal masih menjadi budak berhala baru..
Padahal masih mengemis menjadi tikus busuk..
Padahal hatimu adalah batu kezholiman..
Engkau mau kemana?

Mari memilih...
Memilih Menjadi masyitah muda..
Memilih Menjadi yasir muda...
Memilih menjadi Habib muda...
Memilih Menjadi Hamzah Muda...
Memilih Menjadi Mus’ab Muda...

Bukan cara mereka mati..bukan..
Tapi akhir bahagia perjumpaan dengan Tuhan...
Karena iman yang mendada...
Karena hubbuh yang melembaga...
Karena syurga yang didahaga...




ADA APA DENGAN TULISAN, DESAIN GRAFIS, DAN VIDEO GRAFIS


Kesan dan Pesan Mengikuti Training Jurnalistik Propetik “Pena Perertaas Peradaban Islam”

Kesan:
Dua hari mengikuti Training Jurnalistik Propetik dengan Tema “Pena Peretas Peradaban Islam” yang digelar oleh Kammda (Kammi Daerah) sangat mengesankan..
Begitu banyak ilmu yang saya dapatkan disini..
Training/pelatihan ini memberikan ghiroh untuk melejitkan potensi menulis dan betapa pentingnya menulis itu untuk kader dakwah terkhusus Kammi(Kesatuan Aksi Mahasiswa). Tak hanya royalti yang didapatkan di dunia, namun melalui tulisan dapat menjadikan salah satu investasi kelak kala nafas telah terhenti. Meninggal maksudnya J
Tak hanya berhenti sampai pada tulisan, training ini pula memberikan ilmu mengenai desain grafis, dan video grafis. Meski waktu yang diberikan bagi saya belum cukup untuk   memahami materi ini. Tapi setidaknya, saya telah mengenali sedikit gambaran mengenai dunia  desain dan video grafis.
Satu kata yang tergambar dalam pikiran dan benak saya kala melihat pembicara menjelaskan materi mengenai ini....  KEREN !.
Ya... keren. Karena, mereka memiliki kemampuan yang tidak saya miliki. Eh... bukan tidak, lebih tepatnya belum. InsyaAllah saya akan belajar agar bisa mengubah kata belum itu menjadi bisa. Aamiin...
Desain dan video grafis ini juga tak kalah penting seperti halnya menulis.
Bayangkan dalam sebuah acara/seminar penyelenggara mengganti spanduk/pamflet yang ditujukan untuk pemberitahuan akan adanya acara tsb, menggantinya  dengan tulisan manual menggunakan spidol, ditulis diatas kertas karton. ( Hmm.. ini ga bisa desain atau ga ada finansial buat spanduk yaaa) Haduuh... jangankan tertarik mau ikut. Di lirik saja mungkin tidak. Bisa-bisa lansung disobek, karena dirasa mengganggu pemandangan. Hehe... intermezo. J
Bayangkan juga dalam sebuah seminar jika tidak ada selingan video grafis baik itu video yang berhubungan seputar profil yang mengadakan seminar, video keislaman atau video motivasi misalnya. Hmm... dijamin peserta seminarnya akan konsisten. Konsisten ngantuknya.  Intermezo lagi :D
Cerdas. Ilmu training jurnalistik ini tak hanya berbekas dalam dua hari pelaksanaan. Tapi  pasca training ini ada wajibat/penugasan yang mesti peserta termasuk saya akan jalankan terkait materi yang telah diberikan.
.Jazakumullah khoiran katsiron KAMMDA Palembang.
Pesan:
Surah yang pertama kali di turunkan Allah kepada Rasulullah SAW dalam Al-Qur’an adalah “Iqro” (Bacalah!).
Pasti ada yang bertanya.. “Ini kan lagi bahas tulisan, ko malah nyambung ke bacaan syih?”
Begini sahabat loh, Terfikirkan tidak oleh kita, Allah memang memerintahkan kita untuk membaca, tapi bagaimana mungkin kita dapat membaca atau apa yang mesti kita baca. Jika tidak ada TULISAN. Al-Qur’an dan As-sunnah yang menjadi pedoman ummat Muslim pun tertuang dalam sebuah tulisan.
Percaya atau tidak Surgalah yang akan menjadi tambatan kita, ketika sedari dini kita memulai berkaya! Salah satunya melalui tulisan, desain dan video grafis.
Jadikan ketiga kegiatan ini sebagai sebuah karya yang bernilai ibadah di mata Allah.
Bisa jadi, ada orang yang mendapat hidayah dari tulisan desainan atau editing video kita.
Kita berkarya dan karya itu dilihat oleh lintas generasi , maka sekalipun kita telah tiada , selama tulisan, desain dan video itu dibaca dan dilihat oleh orang maka pahalanya akan tetap mengalir. MasyaAllah.
Sahabat Ayoo.. menulis, mendesain, dan editing video mulai dari sekarang! Mana karya yang akan engkau torehkan untuk keluarga, Indonesia, dan dunia ?
Susah  karena tidak mau mencoba!!!
Allahuakbar...
                                                                                               
Penulis :
Bunga Azizah Nurzakiah
Staf Kestari KAMMI UIN Raden Fatah
Alumni Angk-1 SCGD Jurnalistik KAMMDA Palembang


Pena Sakti KAMMI, Peretas Peradaban!



Palembang (5/9/2015) - KAMDA Palembang melalui Garda Ekosom mengadakan Training Jurnalistik Propetik khusus untuk kader KAMMI se-palembang. Training yang diadakan di Aula Dinas Usaha dan Koperasi ini dihadiri puluhan kader KAMMI dari berbagai Komisariat; Komsat UIN Raden Fatah, Komsat Polsri dan Komsat Baturaja.
Training ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas kader KAMMI agar mampu berkontribusi secara nyata dan mampu mengubah pola fikir masyarakat dengan media tulisan.
“saya berharap melalui training ini, kader KAMMI bisa berkontribusi mengembangkan kreativitas dibidang tulis menulis, desain grafis maupun video grafis agar alam fikiran kita tidak mengalami kejumudan sehingga menyebabkan matinya ide-ide kita.” Tutur Ketua KAMDA Palembang, yang biasa disapa Kang Hendro Al-Sundawi, saat menyampaikan sambutan.
Dua  wartawan didatangkan menjadi pembicara dalam training ini, satu wartawan dari Koran Seputar Indonesia (SINDO), Tasmania, yang memaparkan mengenai jurnalistik dan pers serta beberapa trik dan rahasia ke-jurnalistik-an dan satu wartawan dari Koran Sriwijaya Post (SRIPO), Yandi Triansyah, yang memaparkan mengenai bagaimana membuat berita yang layak konsumsi khalayak ramai.
Yandi Triansyah yang juga salah satu kader terbaik KAMMI selain memberikan materi juga memberikan pencerahan serta motivasi kepada para peserta untuk terus menulis dan berkarya.
“jika kita ingin mengenal dan mengetahui dunia maka membacalah, namun jika ingin dunia mengenal dan mengetahui kita maka menulislah.”
Kegiatan yang diadakan selama dua hari ini, sabtu-minggu (5-6/9/2015) tidak melulu membahas jurnalistik dan pers namun juga mengenai desain grafis dan video grafis. Semoga KAMMI tetap jaya berkontribusi secara nyata untuk perbaikan bangsa dan umat manusia. (Al-Husna ZF).

Adakan Traning Jurnalistik Propertik agar anggota KAMMI lebih cerdas

Palembang, Sabtu (05/09). Agenda traning jurnalistik propertik yang ditujukan untuk semua kader KAMMI yang ada di palembang, yang diadakan oleh KAMMDA Palembang dan diketuai oleh ketua KAMMDA Palembang, Kang Hendro Al-Sundawi. Agenda ini bertujuan agar semua kader KAMMI menjadi lebih tangguh menjadi lebih cerdas dan juga menjadi lebih aktif dalam hal jurnalistik, karena pada hakikatnya kader KAMMI harus mengerti dan paham mengenai kerjurnalan.
Agenda ini bertemakan “Pena Peretas Peradaban Islam” yang sudah berjalan setengah hari dilaksanakan selama 2 hari, hari sabtu dan hari minggu. Sambutan yang disampaikan oleh ketua KAMMDA sangat banyak menginspirasi dan memotivasi seluruh kader yang berada di dalam agenda tersebut, beliau tak hanya menyampaikan sambutan namun telah membuka pikiran-pikiran para kader agar dapat mengkontruksi visi hidup masing-masing.
Hari pertama diisi oleh 3 pembicara yang luar biasa, yang pertama Tasmalinda, beliau merupakan sosok wartawan yang sangat menginspirasi dalam hal kejurnalan karena beliau menyuguhkan materi mengenai Jurnalistik/ pers yang ada di Palembang.
Materi kedua, mengenai Kepenulisan Dasar yang diisi dengan pembicara yang juga kader KAMMI Yandi Triansyah, namun sekarang beliau kurang lebih 1 tahun setengah bergerak dibidang jurnalistik atau wartawan, beliau mengatakan “menjadi seorang wartawan itu adalah sebuah tantangan tidak mudah dijalankan namun ketika kita berada di rana jurnalistik maka kita bisa bergaul dengan siapa saja dari polisi hingga mamang tukang parkir,”ujarnya ketika menyampaikan materi.
Mater ketgai mengenai desain grafis yang diisi oleh pembicara yang juga kader KAMMI Ahabbah Tolibbun, beliau mengajarkan dari dasar bagaimana cara mendesain grafis dan beliau juga memberikan motivasi saat ingin mendesain terutama rasa keinginan terlebih dahulu utk memulai sebuah karya desain grafis.
“Kita berharap agar semua bisa mengembangkan potensi diri, agar tidak ada kejumudan yang terjadi pada diri setiap kader, ujar Kang Hendro selaku Ketum KAMMDA Palembang.


Training Jurnalistik KAMMDA Palembang Atasi Minimya Minat Menulis Kader

                PALEMBANG - KAMMI Daerah Palembang menggelar training jurnalistik profetik guna meningkatkan produktivitas menulis kader-kader KAMMI. Acara yang digelar di Aula Dinas Usaha dan Koperasi Pemerintah kota Palembang ini, dihadiri oleh 4 komisaritat Palembang yakni Komisariat Al-hadiid Polsri, UIN Raden Fatah, Plaju, Al-Izzah Baturaja, serta di hadiri satu komisariat luar palembnag yakni al-quds dari Unsri.
                Acara ini dibuka langsung oleh Ketua Umum KAMMDA Palembang Hendro Al-Sundawi, S.Pd., dan menghadirkan pembicara dari kalangan wartawan. Acara yang berlangsung selama dua hari ini (5-6/9/2015) mengusung tema “Pena Peretas Peradaban Islam” dengan harapan akan banyak muncul penulis-penulis muda muslim khususnya dari kader-kader KAMMI yang dapat berkontibusi dalam penyebaran ajaran Islam dengan sebuah tulisan. Training jurnalistik KAMMDA Palembang menyajikan empat bidang training  yakni Teknik dasar kepenulisan, jurnalistik dakwah, desain grafis, serta editing film (video), khusus editing film dilaksanakan pada hari kedua.
                Kelima Komisariat yang hadir sangat mengapresiasi inisiatif KAMMDA dalam mengatasi permasalahan kader-kader KAMMI akan hal minimnya pengetahuan tentang jurnalistik serta rendahnya minat kader dalam menulis. “Terobosan yang sangat baik apa yang dilakukan KAMMDA Palembang karena saat ini kader-kader KAMMI kehilangan jati diri dalam menulis karena dianggap sebagai hal yang membosankan bahkan menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian kader,” ujar Elji, ketum komisariat Al-hadiid Polsri.
                Pesan yang disampaikan oleh pembicara lebih minitik tekankan untuk mengajak para kader KAMMI untuk giat menulis agar dapat dikenal dunia. “Jika kalian ingin diketahu dunia maka menulislah,” Ucap Yandi salah satu pembicara dari jurnalis Sripo. Hal senada yang diungkapakan oleh pembicara pertama. “Menulislah, karena menulis merupakan kerja untuk keabadian peradaban manusia,” ujar Tazma, jurnalis asal Sindo News.

Dua Hari Menuju Penulis

Humas KAMMDA Palembang.Pena Peretas Peradaban Islam adalah tema besar yang diambil pada kegiatan Training Jurnalistik Profetik yang diselenggarakan pada hari ini Sabtu (05/09) oleh Pengurus Daerah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PD KAMMI) Palembang. Kegiatan ini merupakan agenda departemen ekonomi dan sosial kemasyarakatan (ekosom) KAMMDA Palembang. Peserta terdiri dari perwakilan dari komisariat-komisariat dalam dan luar Palembang, yaitu komisariat Universitas Islam Negerei (UIN) Palembang, komisariat Al-Hadiid Politeknik Sriwijaya (Polsri), komisariat Plaju, dan komisariat Al-Izzah Baturaja. Bertempat di aula Dinas Koperasi Kota Palembang acara dimulai pukul 09.00 WIB. Dua puluh empat peserta hadir untuk mengikuti training dengan muatan materi Teknik Dasar Kepemimpinan, Jurnalisttik, Design Grafis, dan Editing Film.

Mirza Pratama, selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa agenda ini akan dilaksanakan selama dua hari karena pesrta akan dilatih menurut bidang yang disukai. “Training ini dllaksanakan dua hari. Hari ini dan dilanjutkan esok hari,” ujar Mirza dalam sambutannya.

Latar belakang dilaksanakannya kegiatan ini dijelaskan oleh Hendro, S.Sy., Ketua Umum KAMMDA Palembang. “Tradisi menulis dan membaca di kalangan mahasiswa khususnya di kalangan aktivis KAMMI sendiri mengalami penurunan. Hal ini terukti ketika dilakukan penelusuran terhadap akun-akun sosial media milik mereka. Sangat jarang bahkan tidak ada tulisan artikel atau opini yang ditulis dengan ide-ide sendiri. Tetapi yang ditemukan hanya status-status personality dan share-an artikel orang lain. Harapannya setelah mengikuti kegiatan ini, peserta dapat menumbuhkan minat baca dan menulisnya,” tegasnya.

Dalam training jurnallistik ini dihadirkan empat orang pembicara untuk memaparkan materi sesuai dengan spesialis masing-masing. Pemamparan pertama disampaikan oleh Tasmania, salah satu wartawan SINDO NEWS Palembang tentang kejurnalistikan. Dalam bahasan ini dikupas tuntas terkait sejarah jurnalistik hingga dunia cyber. Materi dilanjutkan setelah jeda istirahat, sholat, dan  makan dengan tema Teknik Dasar Kepenulisan yang disampaikan oleh Yandi Triansyah, wartawan Tribun Sumsel. Kemudian menyusul materi Design Grafis yang dipaparkan oleh Ahabbah Tholibin dengan metode praktik langsung. Dan materi Editing Film akan dilanjutkan esok hari karena waktu sudah beranjak sore.

Antusiasme peserta terlihat pada pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada pemateri. Desiana, peserta dari komisariat UIN Raden Fatah Palembang mengatakan bahwa ia berharap setelah mengikuti kegiatan ini setidaknya ia memiliki minat menulis dan design. “Saya ’kan tidak tahu apa-apa, jadi saya berharap saya bisa menulis pulang dari sini,”ungkapnya.


Sebagai evaluasi dari agenda ini, peserta diberi tugas oleh panitia untuk membuat sebuah berita yang berkenaan dengan kegiatan pada hari ini. (Siqoh)

Aku, Kamu dan KAMMI



KAMMI ngadain dauroh pergerakan? Itu mah udah biasa. KAMMI aksi dan turun ke jalan? Itu juga udah sering. Trus, apa donk yang bikin beda? Ini nih yang bikin Istimewanya KAMMI; Training Jurnalistik Propetik, dengan tema yang ndak kalah keren juga “Pena Peretas Peradaban Islam”. Nah loh, kurang keren apalagi coba?
Ehh, KAMMI udah pindah haluan? Udah ndak bicara tentang pergerakan lagi? Tenang sodara-sodara.. nih, saya jelasin dulu ya kenapa KAMMI ngadain Training Jurnalistik Propetik. Training ini diadakan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia, ehh afwan, maksudnya dalam rangka keprihatinan KAMMI terhadap Pers saat ini. Dan KAMMI mencoba ikut berkecimpung dalam dunia pers, istilahnya turut andil dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Ikhwah sudah pada tahu kan wajah pers saat ini? Media telah didominasi oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan-kepentingan, ya dengan kepentingan yang berbeda-beda tentunya. Ada yang untuk kepentingan politik, agama, de el el. Tapi yang pertama itu lebih mendominasi sebenarnya.
Di atas adalah alasan pertama, alasan kedua karena keprihatinan KAMMI terhadap kader KAMMI sendiri yang saat ini mulai malas membaca, sungkan berdiskusi dan enggan menulis. Padahal ketiga unsur di atas adalah hal yang mesti ada dan melekat pada kader KAMMI. Dan alasan yang ketiga, agar kader KAMMI bisa berkarya dan berkreativitas sesuai bakatnya.
Udah faham kan kenapa KAMMI ngadain Training Jurnalistik Propetik? Hahh? Masih belum faham? Mau dijelasin lagi? Yahh.. capek dehh.. L
Lanjut, tadi bicara alasan, sekarang bicara kegiatannya yak.. Training ini diadakan selama 2 hari, hari sabtu ama minggu, iya kemarin itu lho, tanggal 5-6 September 2015, tempatnya di makam pahlawan, ehh ngawur, di Dinas Koperasi Palembang, ruangannya lumayan dingin dijamin ndak ada peluh mengucur saat kegiatan berlangsung. Pematerinya keren-keren lhoh.. mau tau siapa aja? Wartawan dari Koran Sindo, Mb Tasmania, dan wartawan dari Koran Sripo, Kak Yandi Triansyah. Keduanya memaparkan mengenai kondisi pers di Indonesia saat ini dan langsung praktik membuat sebuah berita. Sebenarnya menarik mempelajari hal ini, namun otak saya yang pas-pasan ini (ya pas memenuhi tempurung kepala) susah diajak kompromi, sedang ngambek diajak berfikir. Ya pada akhirnya, ketika Ketua KAMMDA memberi tugas menulis kepada peserta training, saya sedikit melongo tak berkedip, garuk-garuk jilbab meski tak gatal, mencoba mengerahkan fikiran mengajak berdamai dengan harapan ia memberi sebuah ide cemerlang, nulis essay, artikel, atau cerpen lah.. alih-alih itu terpenuhi, dapet ide buat puisi aja syukur J malu sih sebenernya, apalagi itu puisi tentang Rindu.. ehh, karena rindu tak melulu harus kamu J (aiish, ngomong apa lu ndro,. -_-)
Setelah kepayahan mikir, dikira udah ndak ada lagi tugas, ehh malah nambah 3 lagi tugas. Buat berita 2 dan 1 desain. Ehh, untuk desain saya belum ngumpul .. hhihi. Whalah jujur yak, untuk desain grafis belum ngerti dan belum terlalu ngeh, dan lagi saat kegiatan berlangsung itu aplikasi corel draw belum nyangkut di notebook saya.. kalau tentang tertarik atau tidak, saya sangat tertarik untuk desain grafis dan saya punya niat mau belajar secara privat aja lah sama K**o* (nama disamarkan) karena kemarin terlalu singkat dan tidak dimengerti.
Materi terakhir dari 12 sks-nya jurnalistik yaitu Videografis. Nah ini nih yang keren, dengan pembicara dari Three Lens-nya fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang. Menarik materi yang satu ini, tapi sayang saya tidak terlalu faham bahasa yang digunakan.
Apresiasi dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh KAMMDA Palembang ini, kegiatan yang menarik dan keren. Harapannya kegiatan ini jangan hanya sekali saja tapi mesti berlanjut, ya misal dibuat agenda rutin, 3 bulan sekali atau gimana gitu. Dan saran lagi, kalo bisa materinya dipecah-pecah, jangan digabungin dalam satu training, biar focus dan  peserta nyambung. Misal, 1 hari full materi khusus videografis.
Itu sekelumit isi hati pasca-training jurnalistik propetik, jika kedapatan ada kata-kata yang rada ngawur dan ndak enak dibaca mohon adanya perbaikan, dan mohon dimaklumi bahasa yang dipakai karena lebih santai pake bahasa kayak ginian .. :-D
Afwan minkum atas segala kesalahan, Syukron katsiron atas segala kesempatan..

^^ Al-Husna Zain Nahyiddin ZF ^^

Penulis :
Jami'atul Husnaini
Staf KAMMI UIN Raden Fatah
Alumni Angk-1 SCGD Jurnalistik KAMMI Daerah Palembang

Jangan Pisahkan Aku dari Pena dan Kertas


Bismillaahirrohmanirrohiim..
Tradisi membaca dan menulis di kalangan aktivis dakwah sepertinya memang harus menjadi salah satu fokus bagi lembaga pengkaderan. Karena keduanya adalah dua sisi mata uang yanng tidak bisa dipisahkan. Membaca merupakan salah satu cara untuk menambah wawsan keilmuan setiap individu. Sementara menulis adalah salah satu bukti bahwa apa yang sudah dibaca dapat dimengerti dan dapat disampaikan kepada orang lain. Akhirnya kegiatan transfer ilmu yang menjadi salah satu cita-cita kita dapat tertunaikan.
 Pengurus Daerah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PD KAMMI) Palembanng adalah salah satu lembaga pengkaderan yang sedang memerhatikan fokus kepada tradisi ini. Hal ini ditunjukkan dengan dilaksanakannya agenda Training Jurnalistik Profetik bertema Pena Peretas Peradaban.
Training jurnalistik profetik yang telah diselenggarakan di aula Dinas Koperasi dan Usaha Menengah oleh departemen ekonomi dan sosial kemasyarakatan KAMMI Daerah Palembang pada hari Sabtu-Ahad, (5-6/09) kemarin sepertinya telah memaksaku untuk kembali menghadirkan semangat kejurnalistikan yang pernah menggelora di dalam diri  ini. Mungkin hal ini juga dirasakan kan oleh kurang lebih dua puluh empat orang peserta training lainnya.
Awalnya ada keraguan untuk mengikuti agenda ini, karena jadwal yanng padat merayap. Dengan semangat yang berkadar biasa kudatangi juga lokasi itu. Pada pukul 09.00 acara dimulai. Dibuka dengan acara pembukaan lalu ice breaking. Dan aku masih biasa, belum ada yang istimewa.
Akhirnya, pemateri pertama datang juga dengan judul kejurnalistikan. Materi yang biasa menurutku, dan masih kupertanyakan bagaimana kemasan yang akan ditujukkan sehingga ini menjadi sesuatu yang luar biasa. Perlahan tapi pasti, materi tersampaikan. Dan ketemukan solusi kejumudan itu. Dialog interaktif. Pemateri mampu mencairkan suasana dengan bahasa yang sederhana, serasa teman biasa, tanpa ada pemisah. Sehingga semua keinginan peserta tersampaikan. Aku banyak belajar dari beliau secara personality-nya terlepas dari kompetensi jurnalistiknya. Mulai menarik.
Dilanjutkan ke materi kedua, Teknik Dasar Kepenulisan. Sepertinya harapanku tidak tersampaikan di materi ini. Inginku adalah dipaparkan tentang bahasa penulis ketika menyampaikan sesuatu kepada khalayak ramai. Kenyataannya? Tidak. Tetapi sang pemateri telah membuka cakrawala pemikiranku tentang kepenulisan di kalangan aktivis, KAMMI. Singkatnya adalah beliau membangun karakter untuk menjadi penulis. Ini penting menurutku, karena apa yang dilakukan harus memiliki orientasi yang jelas.
Aku masih bertahan di materi ketiga, Design Grafis. Materi dengan kemasan yang menarik. Sesuatu yang berkesan saat itu adalah munculnya ide-ide untuk membuat segala sesuatunya untuk didesign dan dikomersilkan. Aku tidak mengikuti langkah-langkah yang diarahkan karena laptop mati.
Keesokan harinya Video Grafis. Kusimak semua dengan seksama, tapi nihil. Tak paham juga. Pematerinya juga kurang menarik. Terlalu cerdas menurutku. Kacau balau. Tidak bisa mengimbangi kecepatan penyampaian materi. Kesal tapi bersemangat untuk menaklukkan. Akhirnya setelah diotak-atik, berhasil membuat video dari beberapa foto. Ada sesuatu yang istimewa kurasa, yakni lega.
Tidak ada penyesalan yang kurangkum dari keikutsertaanku dalam agenda luar biasa ini. Apalagi  panitia berbaik hati menyiapkan amunisi perut saat siang hari. Ini jarang kulakukan J.
Terima kasih kepada panitia yang sudah menjadi washilah untuk membangkitkan semangat menulis kami, sehingga membuatku tak ingin berpisah dari pena dan kertas. Lebih dari itu, disini kutemukan rekan-rekan yang hebat dan luar biasa. Yang memiliki perhatian untuk memperbaiki tradisi menulis dan membaca. Yanng memiliki keinginan untuk menjadi insan designers dan videoers. Dimana menulis, design, dan video grafis adalah sarana yang mestinya dapat kita jadikan sebagai amunisi-amunisi kerja dakwah kita. Karena zaman terus berkembang tanpa toleransi atau penawaran.
Harapannya secara pribadi, follow up yang sudah disepakati memanng benar-benar menjadi lingkungan yang kondusif untuk menjadikan kita sebagai generasi peretas perubahan melalui tinta pena peradaban.
Agenda seperti ini hendaknya ditularkan kepada seluruh komisariat-komisariat yang ada dengan peserta yang tidak dibatasi. Karena setiap aktivis dituntut untuk mempunyai minimal minat bacadan menulis.
Kepada peserta training yang kemarin telah menyampaikkan rencana-rencana luar biasa, teruslah berkarya, bersemangat, dan berjuang dalam menuntaskan perubahan. Karena perjalanan masih panjang. Aral dan rintang akan menghadang. Harta, alam, dan partner dakwah bisa saja menjadi ujian.  Bulatkan tekad, teguhkan azzam, hancurkan kemalasan. Karena kita telah terpilih. Terpilih menjadi bagian dari pengukir sejarah peradaban.

Penulis :
Siti Qori’ah Sdm: 
Staf Kebijakan Publik Komisariat UIN Raden Fatah Palembang
Alumni Angk-1 SCGD Jurnalistik KAMMDA Palembang

Bukan masalah Keahlian, Tapi Kemauan dan kebutuhan



Setiap orang memiliki potensi masing-masing dan setiap orang juga berhak untuk menentukan bidang yang ingin mereka geluti. Namun bagi kader dakwah khususnya  kader KAMMI sudah menjadi kewajiban untuk mengkorelasikan antara aktivitas pribadi dan dakwah. Jika Ridwan Kamil mengatakan pekerjaan yang menyenangkan di dunia adalah hobi yang dibayar, maka tidak berlebihan jika  saya juga mengatakan, bahwa pekerjaan yang paling menguntungkan di dunia adalah hobi yang bernilai pahala. “Lakukan segala apa yang mampu kalian amalkan. Sesungguhnya Allah tidak jemu sampai kaian sendiri merasa jemu.” (HR. Bukhari). Berdakwah akan sangat menyenangkan jika kita berkontribusi melalui hal-hal yang kita gemari.
            Saya sangat mengapresiasi KAMMDA palembang yang sudah mefasilitasi kader-kader komisariat di palembang, dengan memberikan suguhan yang sangat jarang didapatkan dibangku kuliah khusunya saya (anak teknik) yakni “Training Jurnalistik Profetik”.  Ini adalah hal baru bagi saya dan jujur ini bukan bidangku. Namun ini bukanlah masalah keahlian tapi kemauan kita untuk menggeluti sesuatu yang  baru karena dakwah butuh sebuah inovasi. Jika dakwah hanya ceramah, maka dunia hanya perlu lidah, tak perlu anggota badan yang lain (mengutip kalimat salim A. Fillah). Tapi dakwah menuntut kita dari semua lini, termasuk kecanggihan teknologi. Maka dari itu pentingnya kader KAMMI untuk menggeluti bidang jurnalistik (menulis, desain grafis, editing film/video). Dan sekali lagi ini bukan masalah keahlian, tapi kemauan dan kebutuhan. Karena keahlian akan didapatkan jika diawali dari ketertariakan (kemauan). Lalu untuk Kebutuhan siapa? Kebutuhan kita untuk berinovasi dalam berdakwah.
            Dua hari waktu yang sangat singkat untuk mengetahui banyak hal tentang jurnalistik, namun dua hari sudah cukup untuk mengetuk kesadaran kami akan pentingnya membaca, menulis, desain grafis, serta pembuatan video. Senang bisa bertemu dengan kader-kader tangguh komisariat plaju, UIN, Al-Izzah (baturaja), Al-quds (unsri), semoga akan banyak lahir jurnais-jurnalis baru dari kader KAMMI yang dapat berkontribusi terhap dien dan negeri ini.
Jadilah pengukir sejarah, bukan korban sejarah.
Jadilah pribadi yang penuh potensi bukan pribadi yang rendah diri.
Jadilah manusia perkasa bukan manusia biasa.
Bergeraklah Maju! Bukan malu-malu.
            Terakhir, ubahlah dunia ini dengan kelembutan bukan kekerasan. Abadikan karya-karya kita dengan sebuah tulisan guna untuk generasi-generasi yang akan datang. “Karena Menulis merupakan kerja untuk keabadian peradaban manusia” (Tazma / jurnalis Sindo News).

Penulis 
Rahmad Elji Silsilia
Ketum KAMMI Al-Hadiid
Alumni Angk-1 SCGD Jurnalistik KAMMDA Palembang
                

Jumat, 04 September 2015

KAMMDA Palembang Gelar Training Jurnalistik

Sabtu (5/9) Pelatihan Jurnalistik kembali di gelar KAMMI Daerah Palembang untuk kesekian kalinya, yang pada kali ini dihadirkan oleh pemateri seperti dari wartawan Media Indonesia, dan Film Maker yang di datangkan dari forum film Indonesia (FFI), dan pemateri lainnya yang didatangkan khusus untuk menambah ilmu para kader KAMMI.
                        Pelatihan yang diadakan selama dua hari ini berlokasi di Aula Gedung Dinas Usaha dan Koperasi Pemerintah Kota Palembang, dan adapun peserta yang hadir berasal dari bermacam Universitas seperti Universitas Sriwijaya, Politehnik Negeri Sriwijaya, Universitas Islam Negeri Raden Fatah, dan Universitas PGRI Palembang.
                        “Agenda pelatihan yang diadakan sangat interaktif sehingga peserta bebas bertanya ketika pemateri sedang memberikan materinya namun tetap di batasi waktu” ungkap Ilham salah satu peserta dari KAMMI Al-Quds Universitas Sriwijaya.

                        Harapannya agenda ini tetap terus diadakan setiap 6 bulan sekali karena banyak sekali manfaat yang di dapatkan bagi kader KAMMI sendiri mulai dari cara menulis, membuat opini, desain grafis, dan membuat film yang semua kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seluruh kader KAMMI, karena seluruh kader KAMMI adalah humas gerakan. (ino)

Rabu, 02 September 2015

Menjawab Tantangan Zaman : Kader KAMMI harus “Mawas Diri”



Kalimat sederhana yang mungkin pertama kali penulis ingin sampaikan, kader KAMMI harus “Mawas Diri”. Menyadari realitas zaman yang terus berlomba dengan waktu, berkejaran dengan teknologi dan kemapanan sisi duniawi. Kader KAMMI juga harus mencoba meraba antara komitmen menjadi bagian dari gerakan dakwah KAMMI dengan kenyataan kapasitas dirinya sebagai seorang motor penggerak. Adakah korelasi yang jelas?

Lalu apa yang menjadi masalah
Secara sosial, sadar ataupun tidak pergerakan zaman berdampak pada perubahan sistem hidup umat manusia. Menyeret sekumpulan orang yang memiliki ikatan emosional sama, menjadi individualistis yang apatis. Sejarah Indonesia cukup jelas merekam naluri masyarakat Indonesia yang memiliki karakteristik ketimuran, yang berjiwa sosial tinggi, gotong royong dan setia kawan. Namun pada kenyataannya saat ini tradisi-tradisi masyarakat timur mulai ditinggalkan. Kita lebih sibuk memainkan komunitas dalam dunia cyber, dibandingkan menyapa orang-orang yang berada dihadapan. Lebih sibuk like and comment di medsos, dari pada bercengkrama dialam nyata.
Dari sisi keagamaan, ternyata problematika penistaan agama di Indonesia bukan lahir dari orang-orang awwam tapi justru dari golongan manusia yang memiliki kapasitas keilmuan diatas rata-rata. Bahkan seolah mereka mampu melakukan “cuci otak” masyarakat, dengan mencaplok dalil-dalil kitab suci secara massif. Kenyataan ini makin menyadarkan kita, bahwa perjuangan dakwah bukan sekedar mensejahterakan si miskin dari jurang kemelaratan hati dan harta, tapi bagaimana juga melakukan “penyadaran” kaum-kaum intelektual yang justru jauh lebih berbahaya dalam melakukan agresi “pendangkalan aqidah”.
Demikian juga tantangan teknologi seperti yang di bicarakan oleh Marshall MCluhan, dalam bukunya yang berjudul, understanding Media, The extensions of Man,  yang di terbitkan empat dekade yang lalu, ia meramalkan bahwa pralihan dari era teknologi mekanik ke era teknologi listrik di Barat akan membawa peralihan pula pada fungsi teknologi sebagai perpanjangan manusia menuju perpanjagan tahap akhir, dan dari perpanjangan ruang manusia, menuju perpanjangan syaraf manusia, bila di era mekanik, misalnya sebuah mesin ketik dapat memperpanjang tangan manusia, dalam era teknologi komputer dapat memperpanjang system syaraf manusia. (aziz triana)
Lalu apakah kader KAMMI siap menjawab persoalan ini?
KAMMI dan dakwah ibarat mata uang yang tidak dapat pisahkan. Karena secara empiris kelahiran KAMMI merupakan efek spontan dari kerusakan zaman dan cita-cita perbaikan ummat manusia. Demikian juga secara filosofis, visi besar dari gerakan ini adalah memiliki basis kader yang mampu melakukan transformasi perbaikan menuju bangsa dan negara Indonesia yang Islami. Artinya, bagaimanapun perkembangan zaman yang terus bergulir, nilai dasar dan target perjuangannya adalah membumikan Islam tanpa terbatas ruang dan waktu.
Dan saat menyadari terjadinya proses transformasi sosial, kader KAMMI harus menjawab tantangan ini. Karena saat teori-teori perubahan sosial mengisyaratkan terjadinya kemajuan, harus diimbangi oleh idea of progress.  Dalam konteks realita dakwah KAMMI secara organisasi maupun secara personal kader saat dihadapkan pada nilai-nilai kemajuan yang perlu direspon, diberi nilai, diarahkan, dan dikembangkan ke arah yang lebih berkualitas. Visi, misi, aktifitas dakwah KAMMI perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman.
Penulis berasumsi dalam menjawab tantangan ini minimal kader KAMMI harus memiliki kapasitas sebagai berikut.
1.       Kapasitas ideologi
Pemahaman yang komprehensif terhadap cita-cita lahir maupun visi besar dakwah KAMMI, akan menyadarkan kita pada persoalan yang mendasar dari sebuah bangunan dakwah. Secara hakiki, ketika landasan dasar dan visi dakwahnya ditinggalkan maka ruh dari bangunan ini roboh dengan sendirinya.
Membaca poin pertama paradigma gerakan KAMMI sebagai dakwah Tauhid, sangat erat kaitannya dengan keimanan yang mengakar. Keimanan adalah basis pertama dari nilai ketuhanan, ukuran keberhasilan dari agenda-agenda dakwah KAMMI bukan hanya terletak dari nilai kuantitas keduniaan tapi nilai-nilai kualitas ukhrawi.
Tawaran-tarawan apapun yang menggiurkan tidak akan berpengaruh, karena dihati para kader telah terhujam keimanan yang kokoh.
2.       Kapasitas Keilmuan
Sejalan dengan pembahasan mengenai pendangkalan aqidah dan akselerasi teknologi. Kapasitas keilmuan menjadi persoalan yang sangat urgen dimiliki oleh seluruh kader KAMMI dalam menjawab berbagai problem yang mendera. Sudah seharusnya dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, kapasitas keilmuan menjadi amunisi dakwah yang paling tajam.
Karena makna negarawan dalam kalimat muslim negarawan, bukan terbatas pada definisi aktor politis di ruang parlemen saja. Melainkan, menjadi aktor perbaikan diberbagai bidang yang mampu mengkawinkan antara iman dan ilmu. Dengan demikian, ummat akan mudah diajak untuk menjadi bagian dari proyek dakwah sesuai bidang  minat yang dimiliki.
Disamping itu, ketika kader KAMMI memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni. Perang intelektual akan menjadi arena pertempuran yang seimbang. Bahkan bisa dengan mudah dimenangkan karena mampu mensinergikan antara kekuatan akal dan iman.
Dalam perjalanannya sudah lahir beberapa intelektual yang lahir dari Rahim KAMMI, sebut saja Prof. Eng. Khoirul Anwar (Ketua KAMMI Jepang) sebagai penemu 4G. Beliau mengatakan bahwa KAMMI bukan hanya kumpulan manusia, melainkan kumpulan ilmu dan amal menuju ridho Ilahi.
Semangat inilah yang harus ada dalam diri kader KAMMI, menyatukan kekuatan iman, intelektual dan amal menuju ridho Ilahi.
3.       Kapasitas Seni Menyeru
Salah satu karakter Rasulullah adalah tabligh. Artinya seni dalam menyampaikan pesan-pesan Ilahi, agar dengan mudah di terima oleh hati setiap manusia. Makna tabglih bukan terbatas pada cara lisan dalam menyampaikan, karena saat zaman berputar dengan cepat.
Maka dakwah KAMMI baiknya membumi dan menjadi atmosfer bagi kehidupan masyarakat. Merembes ke ranah pembangunan, budaya, serta mampu memahami dan mengikuti pola pikir masyarakat. Meskipun pesan dakwah ini sudah paten yakni wahyu Allah (Al-Qur’an), namun metode penyampaian dan kemasannya membutuhkan inovasi, kreasi, dan terorganisir sehingga dapat mengikuti perkembangan umat.

Penulis :
Kang Hendro Assudawi
Ketum KAMMI Daerah Palembang

Mahasiswa Pasca Sarjana Hukum Tata Negara UIN Raden Fatah Palembang